Ceritawayang seringkali membuat kita berpikir dan berimajinasi, apakah ini nyata atau hanya semu belaka. Cerita wayang adalah cerita kita, cerita manusia dengan segala sifat, peri-laku, dan perbuatannya. Karena itu, membaca cerita wayang adalah membaca kehidupan kita. Suatu perjalanan manusia di alam janaloka, dari sejak kita masih di alam mimpi,
Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuainyannya dalam kehidupan nyata ada dua kategori fantasi total dan fantasi sebagian irisan.Pertama, Kategori cerita fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap objek/tertentu . Pada cerita kategori ini semua yang terdapat pada cerita semua tidak terjadi dalam dunia nyata. Misalnya, cerita fantasi Dragonball, One Punch Man, Naruto itu total fantasi penulis. Jadi nama orang, nama objek, nama kota benar2 rekaan pengarangKedua, Kategori cerita fantasi irisan yaitu cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi masih menggunakan nama nama dalam kehidupan nyata, menggunakan naa tempat yang ada dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi pada dunia maaf jika ada kesalahan
KetikaNebukadnezar mengetahui bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego ternyata tidak sujud, ia sangat marah. Ia menyuruh mereka dibawa kepadanya. Ia memberikan kepada mereka kesempatan sekali lagi untuk sujud. Tetapi pemuda-pemuda ini menaruh kepercayaan kepada Yehuwa. ‘Allah kami yang kami layani sanggup menyelamatkan kami,’ mereka berkata
ADA pendapat beberapa orang, yang karena ketidaktahuannya menganggap bahwa saya memiliki kemampuan sebagai “King Maker”, yaitu dapat mempromosikan seseorang pada jabatan tertentu. Sejatinya saya tidak pernah mengerjakan hal yang sejenis pekerjaan “King Maker” pada jabatan apapun. Saya sangat meyakini, bahwa naiknya seseorang pada jabatan tertentu adalah murni karena kualitas pribadi yang memang dimilikinya. Walau tentu saja ada beberapa pengecualian akan tetapi itu adalah sesuatu yang tidak perlu suatu ketika, saya mendapat tugas bersama enam orang “jagoan”, para pakar profesional di bidangnya masing-masing, yaitu Prof Dr Priyatna Abdurrasyid SH LLM, Prof Ir Oetaryo Diran, Dr Ir Budi Mulyawan, Laksda Yayun Riyanto, Ir Jusman Syafii Djamal, dan Tengku Burhanudin SE. Tugas berat yang langsung diberikan oleh Presiden RI saat itu Susilo Bambang Yudhoyono di bulan Januari tahun 2007, persis 10 tahun yang lalu. Bersama enam orang hebat ini, kami diminta mengevaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi yang pada ketika itu seluruh dunia tengah menyoroti Indonesia karena terjadinya begitu banyak kecelakaan transportasi terutama transportasi udara. Kami tergabung dalam sebuah Tim Nasional EKKT Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2007. Singkat kata, dalam waktu yang hanya lebih kurang tiga bulan, dengan orang-orang hebat ini serta dukungan yang besar dari staf Kementrian Perhubungan, kami sudah dapat menyelesaikan pekerjaan berat tersebut. Hasilnya tentu saja “sangat memuaskan”, karena tim bekerja keras tanpa ada interest sedikitpun selain berorientai pada pelaksanaan tugas. Pada laporan awal, satu sesi sebelum laporan akhir tugas, sudah terbaca oleh Presiden dan staf , bahwa hasil kami memang sangat “valid” dan “objective”. Tersebarlah berita burung bahwa konsep laporan evaluasi tersebut harus dilaksanakan oleh Tim itu sendiri. Beberapa teman menteri dan mantan menteri, memberikan selamat kepada saya seraya mengingatkan untuk bersiap-siap bila ditunjuk nanti menjadi Menhub. Sejak awal pensiun dan saat menerima tugas ini, saya sama sekali tidak tertarik untuk duduk dalam jabatan menteri. Itu sebabnya, saat menyampaikan laporan akhir tugas, saya sebagai Ketua Tim hanya membuka sedikit dan memohon kepada Presiden untuk paparan selanjutnya dapat dilaksanakan oleh Ir Jusman sebagai anggota yang paling ini bertujuan, agar pada saat Presiden dengan pertimbangan stafnya memerintahkan hasil akhir itu untuk dilaksanakan oleh Tim, maka perwakilan yang akan mengeksekusinya adalah Ir Jusman dan kami semua akan sukarela bekerja di belakang layar mendukung bila dibutuhkan. Tidak berapa lama setelah itu, salah seorang staf Presiden meminta CV Ir Jusman melalui saya. Saat saya sampaikan kepada Ir Jusman agar bersiap untuk menjadi Menhub, beliau serta merta menjawab, “Tidak, Pak, saya dengan teman-teman lebih memilih kerja mendukung Bapak saja pada posisi Menhub”. Saya jelaskan dengan tegas bahwa saya sudah terlalu senior untuk jabatan itu, jauh lebih baik Ir Jusman yang lebih muda saja yang ada pada posisi itu dan kami semua akan mendukungnya. Dua pekan setelah itu, saya tengah makan malam bersama dengan mantan Menhub dan telepon berdering. Saya minta maaf untuk menerima telepon, dan ternyata telepon itu datang dari Pak Jusman yang mengatakan bahwa beliau baru saja terima panggilan dari Presiden. Saya yakin sekali, bahwa pasti beliau dipesankan untuk tidak bilang atau lapor kepada siapa pun, karena memang pada mekanisme penunjukan pejabat negara, maka hal seperti itu adalah sudah merupakan prosedur standar. Namun Pak Jusman tetap menghubungi saya, sebagai Ketua Tim, melapor dengan tulus, karena sadar bahwa kami berada dalam satu tim yang sangat solid dan terbangun dalam kerangka mutual respect dan mutual understanding serta terbalut dalam rajutan esprit de corps yang kokoh sebagai ikatan moral baku dari para profesional. Hanya beberapa saat kemudian, Pak Jusman menelepon kembali melaporkan kepada saya bahwa telah selesai diterima Presiden yang menugaskannya sebagai Menhub untuk melaksanakan hasil akhir Timnas EKKT. Presiden menyampaikan bahwa Ir Jusman tidak perlu menjalani uji kelayakan dan kepatutan, fit and proper test, lagi, karena Presiden sudah menerima rekomendasi positif dari Pak Habibie dan Pak Chappy, begitu cerita Jusman kepada saya. Sayangnya beliau hanya bertugas dua tahun saja sebagai Menhub, akan tetapi dalam waktu yang relatif singkat itu ada sebuah langkah besar yang berhasil dilakukannya. Antara lain adalah Undang Undang Penerbangan No 1 Tahun 2009 yang mencantumkan salah satunya tentang amanah mengambil alih Flight Information Region FIR di kawasan selat Malaka. Terlepas dari itu semua, maka dari cerita pendek di atas, kita dapat memahami dengan mudah tentang romantika sebuah kesetiaan dari seorang teman. Kesetiaan yang polos dan jujur berupa sebuah faithfulness yang sangat genuine. Sebuah kejujuran yang sudah menjadi barang langka di negeri ini. Jakarta 24 Desember 2017Chappy Hakim Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Sebuahkata yang indah. Sesuatu yang indah ketika dapat mewujudkannya. Kesetiaan bukan tentang apa yang terjadi sekarang, tetapi nanti. tentang apa yang terjadi nanti. Tidak sulit untuk mewujudkannya. Tetapi tidak mudah juga mewujudkan setia menjadi sesuatu yang indah. Menjadi mudah ketika dari dalam diri terdapat kemauan 19 avsnitt Podcast dari Backpacker Jakarta yang membahas segala sesuatu tentang perjalanan wisata alam Indonoesia, pendakian gunung, pantai, camping ceria, trip, city tourFollow us on Instagram, Facebook Fan Page, & group; backpackerjakarta Twitter Official BPJBusiness Visit our website Podcast dari Backpacker Jakarta yang membahas segala sesuatu tentang perjalanan wisata alam Indonoesia, pendakian gunung, pantai, camping ceria, trip, city tourFollow us on Instagram, Facebook Fan Page, & group; backpackerjakarta Twitter Official BPJBusiness Visit our website 27 NOV. 2020 Pod 17 BPJ Podcast - Sosok Nenek Penunggu Villa Pod 17 BPJ Podcast - Sosok Nenek Penunggu Villa Cerita kali ini adalah rentetan peristiwa horor yang dialami oleh oohriyanDari mulai pengalaman mistis di gunung merapi, sampai diganggu oleh pengunggu villa. 13 NOV. 2020 Pod 16 BPJ Podcast - Tuyul Kandang Batu Pod 16 BPJ Podcast - Tuyul Kandang Batu Cerita kali ini adalah kisah pendakian yang dialami bumantarajelah atau yang lebih akrab dipanggil Mirza, saat melakukan pendakian pertama ke Gunung Gede 10 OKT. 2020 Pod 15 BPJ Podcast - Pendakian Horor Argopuro Pod 15 BPJ Podcast - Pendakian Horor Argopuro Gunung Argopuro, salah satu gunung di Jawa Timur yang menjadi mimpi sebagian besar para pendaki untuk dinikmati. Gunung dengan rute terpanjang di Jawa ini menyuguhkan pemandangan alam yang spektakuler, hutan hujan tropis khas dengan pohon berdiameter besar serta kanopi lebar. Savana yang luas serta danau Taman Hidup menjadi daya pikat tersendiri. Hal inilah yang membuat beberapa kawan kita tertarik untuk mendaki gunung ini. Selain tempatnya yang menampilkan banyak keindahan, banyak juga loh mitos yang tersebar di masyarakat. Kira-kira, sejauh apa sih mitos-mitos itu terjadi dalam pengalaman mereka mendaki kali ini? Simak ceritanya di episode kali ini 5 SEP. 2020 Pod 14 BPJ Podcast - Edi M Yamin Berkeliling Indonesia, Mengumpulkan Cerita ala Omed Pod 14 BPJ Podcast - Edi M Yamin Berkeliling Indonesia, Mengumpulkan Cerita ala Omed Sudah bukan rahasia lagi kalau Indonesia menyimpan keindahan alam yang tak bisa dikalahkan. Ini bukan hanya hanya tentang jalur-jalur hijau hutan yang membentang rindang di sekujur Sumatra dan Kalimantan, namun juga perairannya yang jernih lirih, hingga gunung-gunungnya yang bertengger anggun di atas pertiwi. Inilah salah satu alasan Edi mengelilingi Indonesia, Selain menikmati keindahan Indonesia, Menambah banyak pengalaman dan pengetahuan baru, setelah itu cerita apa saja sih yang Edi temukan dalam perjalanan selanjutnya? Berbeda dengan edisi cerita Edi sebelumnya, ada hal seru lainnya yang bisa kamu dapatkan di episode ini 7 AUG. 2020 Pod 13 BPJ Podcast - Om Anto & Abi Segernya Trip Curug Pod 13 BPJ Podcast - Om Anto & Abi Segernya Trip Curug Segarnya Curug menjadi daya tarik banyak orang untuk me-Refresh diri, di Balik segarnya curug, ada cerita yang terjadi. Yak di Podcast kali ini, Om Anto dan Bang Abi membahasnya versi trip BPJ Mest populära podcaster inom VetenskapKESETIAAN, katamu, adalah ketabahan menunggu. Dan itulah yang kulakukan. Di sini, bangku yang kududuki telah berlumut, daun-daun berguguran, kering, mati, dan tumbuh kembali. Pepohonan yang ada di seberangku, dulu, masihlah seukuran anak kecil. Kini tinggi memancang dengan dahan-dahan dan akar yang semakin lebar dan kekar. Jalanan berbatu itu sudah licin beraspal. Rawa-rawa dengan sebuah sungai kecil di tengahnya telah mewujud rumah-rumah yang saban tahun kebanjiran. Rumah pohon yang sempat kau buat untukku, sudah lama dirobohkan. Sebuah menara satelit datang menggantikan. Selebihnya kuyakin masih banyak hal-hal telah berubah. Namun, sejauh mataku memandang, hanya itulah yang dapat kulihat. Tidak seperti hal-hal di sekelilingku, aku sama sekali tidak berubah. Pakaian yang kukenakan masih sama. Kaus putih polos lengan pendek dengan cardigan biru laut membalutnya. Rok sepan hitam yang kukenakan pun masih selutut, tidak berkurang atau bertambah panjang sesenti pun. Payung ungu bermotif bunga-bunga yang kau hadiahkan pada hari ulang tahunku ke-20 juga masih bersandar di tepi kursi dalam keadaan setengah mengembang. Mirip bunga yang kuncup. Telapak tangan kananku pun tetap mengatup. Menggenggam sesuatu yang kau titipkan. "Jaga bunga ini sampai aku kembali," katamu. Sebelum kau membalikkan badan lalu belum kembali hingga kini. Tapi aku percaya kau akan kembali. Detik-detik kulalui dengan kesabaran yang kian subur. Aku tidak beranjak sedikit pun. Boleh dibilang tubuhku nyaris tidak bergerak. Kecuali bola mata dan cuping telingaku yang terkadang berdenyut. Sekadar memastikan apakah sosokmu telah muncul atau suaramu telah timbul. Aku tidak pernah menghitung waktu sehingga aku tak tahu telah berapa lama aku menunggu. Kupikir diriku masih semuda dan secantik dulu. Gadis berambut sebahu berusia 22 tahun yang ceria dan suka mengumbar senyum kepada siapa saja. Namun, aku salah. Sekelompok anak-anak berseragam putih-merah pernah lewat di hadapanku. Kemudian mereka saling berbisik satu sama lain. Bisikan yang masih mampu kudengar. Berkat kebiasaan menanti suaramu, kemampuan pendengaranku hampir menyerupai burung merpati. Mampu menangkap bunyi infrasonik. "Hei, nenek keriput itu kenapa diam saja, ya?" "Kata ibuku, nenek itu sudah berdiam di tempat duduk itu sejak ibuku masih remaja." "Aneh sekali. Tapi aku lihat matanya kadang-kadang mengedip. Ia pasti bukan patung." "Sebenarnya ia sedang menunggu siapa ya?" "Yang jelas bukan menunggu Pak Guru Doni. Meskipun Pak Guru Doni suka terlambat masuk kelas, tapi ia tidak pernah membuat para siswa menunggu hingga bertahun-tahun." Sungguh, aku ingin memeriksa apakah wajahku telah setua itu hingga bocah tersebut menyebutku nenek keriput. Tapi seluruh persendianku kaku. Kelu. Seolah-olah ada lem mahalekat yang menempel di antara pantatku dan permukaan bangku. Aku menyimpan cermin saku di dalam tas tangan yang teronggok di sebelahku. Ingin rasanya kuambil cermin itu agar aku tahu kondisi parasku. Tapi kaku sekali, berat sekali. Aku hanya bisa menggerakkan mata dan telingaku. Itu pun hanya bisa kulakukan sangat perlahan. Aku percaya kau akan kembali. Dan ketika waktu itu tiba kuyakin tubuhku akan kembali berfungsi normal. "Kau pasti lapar, kan? Dari tadi kita berjalan kaki. Namun, tak menemukan lapak penjual makanan. Aku akan membeli makanan dulu sebentar. Kurasa di sebelah sana ada rumah makan. Aku akan membeli dua bungkus. Kau lebih suka ayam goreng atau pecel lele?" "Aku suka dua-duanya." "Ayam goreng atau pecel lele?" "Ayam goreng saja, deh." Setelah tuntas kujawab pertanyaanmu, kau menguncupkan payung. Meletakkannya di tepi kursi. Kau tampak melihat-lihat langit. Barangkali menakar hari akan tetap cerah atau hujan turun lagi seperti tadi. Kau memutuskan pergi. Berbelok kiri, lalu lenyap ditelan tikungan. Kau tahu, selama aku menunggumu di sini, pikiranku sering bercabang-cabang, merambati ingatan demi ingatan. Terlebih jika hari telah gelap, dingin, dan pekat dengan keheningan. Kepalaku terlempar menggelinding ke jurang-jurang waktu yang telah jadi silam. Aku teringat masa kecilku yang sekelam malam. Aku teringat ayah yang pergi entah ke mana meninggalkan aku dan ibu setelah ia puas menampar dan memukul punggung ibu dengan tongkat baseball. Aku teringat ibu yang sakit-sakitan dan meninggal dunia tak lama sesudahnya. Begitu pula aku teringatmu. Bagaimana kau datang ke dalam hidupku seperti matahari pagi. Menyinariku yang sedang muram-muramnya. Kau tidak hanya membawa lilin atau lampu, kau membawa matahari untukku. Masih kuingat betul peristiwa di kelab malam itu. Waktu itu ibuku baru wafat dan aku masih mahasiswa semester awal yang labil. Kesadaranku hilang dan tubuhku sempoyongan karena menenggak berbotol-botol minuman. Seorang lelaki mabuk hampir memerkosaku. Lalu, kau, mahasiswa semester akhir yang sedang meneliti kehidupan di kelab malam, datang menyelamatkanku. Kau lepaskan aku dari cengkeraman lelaki teler berbau amis itu. Kau bawa tubuhku ke rumah teman perempuanmu yang terletak tak jauh dari situ. Begitu aku sadar, ribuan terima kasih kuucapkan padamu. Kemudian kau memintaku berjanji. Oh tidak, bukan meminta. Kau tidak pernah menuntutku apa-apa. Kau hanya menyampaikan harap. "Sebaiknya kamu tidak perlu ke tempat-tempat semacam itu lagi, Dina." Memang aku tidak pernah lagi berkunjung ke tempat-tempat semacam itu. Apalagi setelah aku resmi menjadi kekasihmu. Kau selalu ada buatku. Paling tidak, kau selalu berusaha untuk itu. Sejak itu, aku merasa menemukan bahu tempat bersandar yang telah lama hilang. "Maukah kamu berjanji untuk selalu setia sama aku, Hendi?" ucapku suatu hari. Suatu hari ketika aku betul-betul merasakan tak ingin kehilanganmu. Kau tidak menjawab 'ya' atau 'tidak'. Kau hanya mengatakan "Kesetiaan adalah ketabahan menunggu." Sebetulnya aku berharap jawaban yang lebih dari itu. Namun, pandangan matamu yang sejernih mata kanak-kanak sudah cukup untuk membuat hatiku luluh. Kadang aku heran pada diriku sendiri. Mengapa mau-maunya aku menantikanmu dalam jangka waktu yang tak masuk akal-setidaknya begitulah kata orang-orang yang mengenalku-ketika mereka melewatiku, sambil menggeleng-geleng prihatin. Mengapa aku tetap saja merasa yakin kau akan kembali. Mengapa aku kerap mengarang-ngarang permakluman sendiri, yang lebih sering adalah imajinasi-aku membayangkan rumah makan itu jauh sekali, di luar benua, atau bahkan di luar planet yang aku dan kau tempati, dan kau rela menempuh perjalanan sejauh itu, demi diriku. Kupikir, jika kau rela berkorban bepergian sejauh itu demi aku, kenapa aku mesti tak rela menunggu kedatanganmu selama ini. Bukankah sebagai sepasang kekasih, sudah selayaknya kita saling menerima dan memberi. Waktu demi waktu berlalu. Malam demi malam melintasiku. Dan masih tanpa kau. Tengah malam ini dingin sekali. Sekujur tubuhku seperti ditempeli berbalok-balok es. Selain dingin, juga gelap dan senyap. Satu-satunya sumber cahaya hanyalah bulan yang bulat penuh menyerupai martabak manis kesukaanmu. Hanya ada bebunyi derik serangga malam dan goyangan daun-daun. Telingaku pengar. Mataku nanar. Tapi tenang saja, bunga pemberianmu ini masih kugenggam dengan tegar. Oh ya, dulu, tak berapa lama setelah kau pergi dan aku menunggumu di sini, seorang lelaki yang telah jadi masa lalu pernah merayu dan membujukku. Ia ingin aku kembali menjadi kekasihnya. Ia bilang kau hanyalah lelaki berengsek, yang pandai membohongiku dan meninggalkanku begitu saja. Tapi aku tak percaya padanya. Aku lebih memercayaimu. Aku tahu dan aku yakin kau pasti kembali. Dan aku akan tetap menunggumu. Meski dalam kondisi sedingin, segelap, sesenyap, dan semengilukan ini. Kau pasti akan datang kembali, bukan? *** Pagi itu, daun-daun pepohonan di sepanjang jalan itu kompak berguguran. Jalanan penuh dengan serakan daun seolah musim gugur. Daun-daun itu basah. Padahal, tidak ada hujan dan tidak ada orang yang iseng menyirami daun-daun itu. Para warga bergotong-royong membersihkan serakan daun-daun tersebut. Kasak-kusuk bertebaran liar. "Mungkin saja daun-daun itu menangis." "Ah, ada-ada saja, mana ada daun menangis." "Lihat, lihat, ada mayat!" "Ini kan perempuan tua yang suka duduk di kursi usang itu." *** Orang-orang telah membubarkan diri dari kompleks permakaman. Seorang lelaki berpakaian lusuh dengan rambut awut-awutan dan muka kumal muncul dari balik pohon beringin di dekat gerbang permakaman. Ia menghampiri sebuah makam yang masih basah. "Dina, ini nasi lauk ayam goreng yang kau mau," katanya sambil meletakkan sebuah bungkusan di tepi nisan. * Bandung, Oktober 2018 Erwin Setia lahir pada 1998. Penikmat puisi dan prosa. Kini menempuh pendidikan di Prodi Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di berbagai media, seperti Pikiran Rakyat, Minggu Pagi, Solopos, Haluan, Koran Merapi, dan Cendana News.48 Mendemonstrasikan salah satu nilai kehidupan yang dipelajari dalam cerita pendek. KELAS/SEMESTER : XI/GANJIL. MATERI : TIPS PEMBACAAN CERPEN. Asalamualaikum, Anak-anak, pertemuan kita kali ini adalah KD 4.8 Mendemonstrasikan salah satu nilai kehidupan yang dipelajari dalam cerita pendek. .